Gen Alpha siap belanja dan mereka membawa tren baru dalam dunia konsumerisme! Generasi muda yang lahir di era digital ini sudah akrab dengan teknologi sejak dini, sehingga mereka lebih memilih pengalaman belanja online yang interaktif dan personal. Dari barang-barang custom, gadget terkini, hingga produk ramah lingkungan, Gen Alpha punya preferensi unik yang nggak bisa diabaikan. Bagi brand, ini adalah peluang emas untuk memahami selera mereka dan menciptakan produk yang sesuai dengan gaya hidup modern dan serba cepat.
Meski belum bisa menyetir, konsumen termuda saat ini sudah siap berbelanja, dan mereka menginginkan pengalaman belanja layaknya orang dewasa, meniru kebiasaan orang tua mereka dari generasi milenial.
Konsumen Muda dengan Kekuatan Belanja Besar
Pada tahun 2023, Gen Alpha (lahir antara 2010-2024) telah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap merek-merek dewasa. Mereka memilih untuk berbelanja di tempat yang biasa dikunjungi orang tua mereka, seperti Lululemon, Sephora, Walmart, dan Target, daripada tempat khusus untuk anak-anak atau tween seperti yang ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena mereka sangat sadar merek dan menginginkan produk yang dianggap “dewasaan” oleh orang tua mereka. Menurut Razorfish, merek-merek favorit saat ini termasuk Amazon, Apple, dan Nintendo, yang sudah menjadi pilihan populer di kalangan orang dewasa.
Perkiraan menunjukkan bahwa pada 2029, kekuatan belanja mereka diperkirakan akan mencapai $5,46 triliun, hampir setara dengan total pengeluaran milenial dan Gen Z gabungan. Merek-merek dewasa yang ingin menjangkau generasi berikutnya cukup dengan memperluas penawaran produk mereka, yang sudah dikenal di kalangan orang tua mereka.
Keberadaan “Tween” Mulai Menghilang
Di masa lalu, banyak merek yang khusus menyasar anak-anak berusia tween, yaitu mereka yang berusia sekitar 9-12 tahun. Merek-merek seperti Limited Too dan Delia’s pernah menjadi tempat belanja favorit anak-anak di masa lalu, tetapi banyak di antaranya kini sudah tutup. Di sisi lain, mereka tidak lagi merasa tertarik pada merek tween khusus, dan lebih memilih untuk berbelanja di tempat-tempat yang lebih dewasa. Bahkan, merek-merek seperti Franki dan Project Gap, yang dirancang untuk anak-anak yang lebih muda, belum dapat menyaingi popularitas Amazon atau Target di kalangan anak-anak.
Josh Campo, CEO Razorfish, menjelaskan bahwa Gen Alpha semakin matang dalam mengenal merek, dan lebih memilih merek yang tidak terkesan “merendahkan” atau terlalu dibuat-buat untuk anak-anak. Mereka lebih cenderung pada merek yang terasa autentik dan sudah dikenal di kalangan orang dewasa.
Belanja dan Tren yang Tidak Lagi Bergantung pada Usia
Saat ini, tren belanja tidak lagi terbatas pada usia tertentu. Gen Alpha dan Gen Z memiliki kesukaan yang serupa terhadap merek-merek tertentu, seperti Stanley atau Birkenstock, yang dulunya lebih sering dibeli oleh orang dewasa. Untuk pakaian, banyak merek sekarang menawarkan ukuran yang lebih kecil dalam koleksi mereka, memungkinkan anak-anak untuk mengenakan pakaian yang juga dipakai oleh orang dewasa.
Namun, meskipun Mereka sudah mulai menunjukkan preferensi terhadap merek tertentu, mereka masih sangat bergantung pada pengeluaran orang tua mereka. Saat ini, mereka memiliki pengaruh sekitar $300 miliar yang berasal dari orang tua mereka, yang terus membeli produk-produk yang mereka inginkan. Contohnya, produk perawatan kulit seperti serum Drunk Elephant, yang sering terlihat di keranjang belanja anak-anak, sebenarnya dibayar oleh orang tua mereka.
Perilaku Belanja Online dan Pengalaman Belanja Offline
Gen Alpha adalah generasi yang sangat digital dan lebih sering berbelanja online. Platform seperti TikTok dan Instagram telah mengajarkan mereka cara berbelanja dengan cara yang sangat trendi, dari review produk hingga “get ready with me”. Anak-anak sekarang tidak hanya membeli produk untuk fungsinya, tetapi juga untuk menjadi bagian dari komunitas online yang lebih besar.
Namun, meskipun mereka lebih suka berbelanja online, Gen Alpha juga tetap menginginkan pengalaman belanja fisik yang menyenangkan. Merek seperti Sephora dan Walmart menawarkan pengalaman berbelanja yang terasa lebih seperti taman bermain bagi anak-anak, dengan produk-produk yang menyasar konsumen dari segala usia. Namun, hal ini juga membawa tantangan, seperti meningkatnya keributan di pusat perbelanjaan yang melibatkan anak-anak muda, hingga pengenaan aturan seperti jam malam untuk pengunjung remaja.
Tantangan dan Peluang bagi Merek Dewasa
Meskipun melibatkan Gen Alpha dalam pemasaran produk dewasa bisa berisiko alienasi terhadap konsumen yang lebih tua, potensi keuntungan yang ditawarkan sangat besar. Merek yang berhasil menjangkau generasi muda ini memiliki kesempatan untuk membangun loyalitas jangka panjang. Dengan prediksi kekuatan belanja Gen Alpha yang terus meningkat, merek-merek dewasa rela mengambil risiko untuk menarik konsumen muda mereka.
Kesimpulan
Gen Alpha adalah generasi konsumen yang sangat cerdas dalam mengenal merek, dan mereka lebih suka berbelanja di tempat-tempat yang biasanya disukai oleh orang dewasa. Merek-merek yang ingin sukses harus menyesuaikan diri dengan kecenderungan ini, menyediakan produk yang tidak hanya cocok dengan tren masa kini, tetapi juga menawarkan pengalaman belanja yang menyenangkan. Gen Alpha mungkin masih bergantung pada orang tua mereka untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan, tetapi kekuatan belanja mereka akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.