Pojok Kontributor
Beranda / Pojok Kontributor / Bagaimana Disney dan Samsung Unggul di Tengah Kemunduran Boeing dan Volkswagen?

Bagaimana Disney dan Samsung Unggul di Tengah Kemunduran Boeing dan Volkswagen?

Bagaimana Disney dan Samsung Unggul di Tengah Kemunduran Boeing dan Volkswagen?
Samsung, Apple, Nike, Disney, dan konglomerat India Reliance menjadi beberapa merek terdepan dalam survei yang menilai kinerja jangka panjang merek.

Memperingati 10 tahun berdirinya, FutureBrand Index 2024 tak hanya melihat perubahan tahunan, tetapi memberikan perspektif jangka panjang tentang perkembangan merek selama satu dekade.

Dilansir dari Campaign, FutureBrand Index mengukur kinerja organisasi berdasarkan kekuatan merek. Daftar ini mengurutkan ulang 100 perusahaan teratas PwC berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan menilai kekuatan merek melalui 18 atribut penting yang berfokus pada ‘pengalaman’ dan ‘tujuan’.

Dengan menganalisis data dan wawasan selama 10 tahun terakhir, laporan tahun ini menunjukkan bahwa dekade terakhir adalah masa keemasan bagi banyak merek.

Kemajuan Besar dalam Kinerja dan Persepsi Konsumen

Jon Tipple, Chief Strategy Officer FutureBrand, mengatakan bahwa hasil ini bukan kebetulan melainkan karena konsistensi: “Apa yang kita lihat adalah hasil dari pengelolaan merek yang cerdas dan konsisten. Pendekatan ini menempatkan persepsi merek sebagai prioritas utama, menjadikannya alat strategis untuk kesuksesan bisnis jangka panjang.”

Dilansir dari FutureBrand Index, laporan tersebut menemukan bahwa rata-rata merek terdepan telah membuat kemajuan signifikan dalam kinerja dan persepsi konsumen selama 10 tahun terakhir. Ini mencerminkan pengalaman merek yang lebih mulus dan dapat diandalkan oleh konsumen masa kini.

Atribut penting seperti ‘konsistensi’ dan ‘keserbagunaan’, dua dari 18 atribut yang diukur dalam FBi, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

Pada 2024, keserbagunaan naik dari 22% menjadi 34%, sementara konsistensi melonjak dari 25% menjadi 36%. Faktor ‘rasa hormat’ juga mengalami peningkatan dari 22% menjadi 34%, menunjukkan fokus yang lebih besar pada kepuasan dan kesejahteraan pelanggan.

Namun, skor untuk ‘kepribadian’ turun dari 36% pada 2022 menjadi 33% pada 2024. Selain itu, atribut ‘cerita’ dan ‘keterikatan’ juga mengalami sedikit penurunan. Ini menunjukkan bahwa meskipun merek telah berhasil di banyak bidang, tetap sulit mempertahankan narasi yang unik dan menarik.

Menjaga Keseimbangan yang Tepat

“Walaupun kemajuan merek secara keseluruhan cukup besar selama dekade terakhir, tetap mempertahankan kepribadian unik dan cerita yang menarik masih menjadi tantangan. Beberapa merek kehilangan suara khas mereka dalam upaya mencapai keserbagunaan dan konsistensi. Di dunia yang semakin cepat, merek yang terus berinovasi dengan kreativitas dan tujuan akan menonjol dalam dekade mendatang,” kata Jon Tipple.

Dilansir dari Campaign, jelas bahwa unggul di satu area saja tidak cukup. Merek harus konsisten dalam berbagai atribut, baik dalam hal tujuan maupun pengalaman. Jika terlalu fokus pada konsistensi, merek bisa menjadi membosankan. Namun, jika terlalu menonjolkan keunikan, mereka bisa gagal memenuhi ekspektasi konsumen modern.

Pelajaran Berharga

Laporan ini juga menunjukkan bahwa organisasi yang terus berinvestasi dan benar-benar hidup sesuai dengan nilai mereknya, berhasil mencapai status merek masa depan, seperti yang dilakukan oleh Apple, Disney, dan Samsung. Merek-merek ini tidak hanya memperkuat daya tarik mereka terhadap konsumen, tetapi juga menarik talenta terbaik.

Sebaliknya, merek ikonik seperti Boeing dan Volkswagen, yang dulu berada di peringkat atas pada 2014 namun kini keluar dari FutureBrand Index 2024, menjadi contoh peringatan: merek yang gagal memenuhi nilai-nilai inti yang telah membangun bisnisnya akan mengalami kerusakan reputasi dan kehilangan kepercayaan konsumen.

“Sangat menarik melihat bagaimana perusahaan menghadapi tantangan dekade terakhir, mulai dari krisis ekonomi global hingga pandemi. Yang tampak jelas adalah bahwa merek yang memiliki pendekatan yang jelas dan berfokus pada tujuan, serta tetap setia pada nilai-nilainya bahkan di saat krisis, adalah yang berhasil bertahan. Merek yang berkompromi dengan nilai, misi, atau inovasinya akan mengalami penurunan reputasi,” pungkas Jon Tipple.

Dilansir dari Campaign

Artikel Terkait