CSO (Chief Sustainability Officer) kehadirannya semakin mendapat perhatian di dunia korporasi, terutama karena banyak wanita yang menduduki posisi ini. Meskipun peran ini memberikan kesempatan bagi wanita untuk berperan penting dalam keberlanjutan bisnis, masih ada tantangan yang perlu diatasi agar kenaikan ini tidak bersifat sementara.
Tren Meningkatnya Peran Wanita di Posisi CSO
Pada tahun 2022, Mattel Inc meluncurkan seri Eco-Leadership Team Barbies, yang salah satunya menggambarkan seorang wanita sebagai Chief Sustainability Officer (CSO). Barbie ini digambarkan mengenakan setelan pink yang rapi, memegang ponsel dan komputer, siap membantu perusahaan untuk lebih ramah lingkungan dan menyelesaikan masalah di komunitas. Karakter Barbie ini mencerminkan tren yang sudah berjalan, yaitu semakin banyak wanita yang mengisi posisi CSO di perusahaan-perusahaan besar.
Berdasarkan data dari Weinreb Group, perusahaan perekrutan global di bidang keberlanjutan, pada tahun 2011, mayoritas posisi CSO dipegang oleh pria (72%), dengan hanya 10 dari 29 posisi CSO yang diisi oleh wanita. Namun, pada tahun 2020, dengan semakin banyak perusahaan yang mengangkat CSO pertama mereka, wanita mulai mengisi lebih dari 50% posisi ini, dan pada tahun 2021, wanita memegang 54% posisi CSO. Bahkan, kehadiran CSO wanita di acara tahunan World Economic Forum di Davos meningkat drastis, dari 20 menjadi 60 dalam lima tahun terakhir.
Peningkatan Kepemimpinan Wanita di Bidang Keberlanjutan
Selain peran CSO, wanita juga memegang banyak posisi kepemimpinan di bidang keberlanjutan secara umum. Antara tahun 2011 dan 2020, jumlah wanita yang memegang posisi wakil presiden di bidang keberlanjutan meningkat dari 31% menjadi 51%, sedangkan jumlah wanita yang menjabat sebagai direktur bertumbuh dari 37% menjadi 55%. Yang paling menonjol adalah peningkatan jumlah wanita yang memegang posisi manajer di bidang keberlanjutan, yang melonjak dari 39% menjadi 63%.
Hal ini mencerminkan bahwa bidang keberlanjutan memberikan peluang baru bagi wanita untuk meraih posisi tinggi, bahkan di C-suite. Bagi sebagian wanita, posisi CSO menjadi jalur cepat menuju posisi puncak yang tidak hanya memungkinkan mereka untuk membuat perubahan positif, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi dunia korporasi. Namun, meskipun ada peluang yang lebih besar, masih ada tantangan yang perlu diatasi.
Kenapa Posisi CSO Cocok untuk Wanita?
Salah satu alasan mengapa posisi CSO banyak diisi oleh wanita adalah karena posisi ini relatif baru, dan tidak memiliki sejarah atau panduan spesifik terkait siapa yang seharusnya mendudukinya. Ketika posisi CSO mulai diperkenalkan, tidak ada pola tertentu mengenai apakah posisi ini lebih cocok untuk pria atau wanita.
MarÃa Mendiluce, CEO We Mean Business Coalition, yang bekerja untuk mempercepat transisi perusahaan menuju emisi nol bersih, menjelaskan bahwa posisi CSO pada awalnya tidak dikategorikan sebagai dominasi pria atau wanita, yang memungkinkan lebih banyak wanita untuk mengisinya. Selain itu, banyak wanita yang tertarik pada solusi perubahan iklim dan cenderung memiliki keprihatinan lebih terhadap isu lingkungan dibandingkan pria. Mereka juga cenderung memiliki keterampilan dan atribut yang diperlukan untuk mengatasi tantangan kepemimpinan yang terkait dengan keberlanjutan dan perubahan sosial.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan lebih banyak wanita di dewan direksi lebih cenderung berinvestasi pada produk ramah lingkungan dan energi terbarukan. Wanita juga terbukti memiliki rekam jejak yang lebih baik dalam menerapkan kebijakan ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan peran wanita di bidang ini membawa dampak positif bagi adopsi kebijakan keberlanjutan di banyak perusahaan.
Tantangan CSO yang Masih Ada di Dunia Korporasi
Meskipun wanita semakin banyak menduduki posisi CSO, tantangan utama tetap ada. Salah satunya adalah fenomena “broken rung”, di mana wanita sering kali terlewatkan dalam kesempatan untuk menduduki posisi manajerial yang menjadi langkah penting menuju posisi kepemimpinan yang lebih tinggi. Ini berarti meskipun saat ini wanita memegang banyak posisi CSO, persaingan di masa depan akan lebih ketat, dan banyak calon CSO di masa depan kemungkinan besar berasal dari kalangan pria.
Selain itu, meskipun wanita kini lebih banyak terlibat di sektor “green” atau keberlanjutan, gap gender dalam sektor ini masih cukup lebar. Wanita baru bergabung di sektor ini dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan pria dalam dua tahun terakhir, namun laju pertumbuhannya masih terlalu lambat untuk menutup kesenjangan gender dalam talenta sektor hijau. Dua pertiga dari talenta hijau yang ada saat ini adalah pria, dan kesenjangan gender ini telah tumbuh sebesar 25% dalam tujuh tahun terakhir.
Sue Duke, Wakil Presiden Kebijakan Publik Global di LinkedIn, memperingatkan bahwa meskipun jumlah pekerjaan di sektor hijau diperkirakan akan tumbuh pesat, keterlibatan wanita dalam sektor ini bisa menurun jika kondisi ini tidak segera diubah. Menurutnya, keterlambatan wanita dalam mengembangkan keterampilan di sektor keberlanjutan menunjukkan bahwa posisi CSO mungkin bukan jalur cepat menuju C-suite bagi wanita.
Solusi yang Lebih Holistik
Meski demikian, banyak ahli berpendapat bahwa keberlanjutan memberikan peluang bagi wanita untuk maju ke posisi senior. Namun, penting untuk tidak membatasi wanita hanya pada peran-peran tertentu. Sue Duke menekankan bahwa peran CSO harus dilihat sebagai salah satu dari banyak jalur menuju kepemimpinan senior, bukan sebagai satu-satunya jalur. Untuk itu, wanita harus diperlengkapi dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk berhasil di posisi ini, baik di industri hijau maupun dalam membantu perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor untuk mencapai tujuan keberlanjutan mereka.
Kepemimpinan wanita di bidang keberlanjutan memang merupakan langkah positif, namun kita juga perlu memperhatikan gambaran yang lebih besar. Kara Hurst, CSO Amazon, mengatakan bahwa lebih banyak wanita harus ada di posisi kepemimpinan di seluruh sektor, tidak hanya di bidang keberlanjutan. “Kami ingin lebih banyak wanita di posisi kepemimpinan di seluruh sektor dan bidang pekerjaan, dan saya berharap wanita yang melihat semakin banyak pemimpin wanita di bidang keberlanjutan akan merasa terinspirasi,” tutupnya.
Kesimpulan
Posisi CSO memang memberi kesempatan bagi wanita untuk naik ke puncak kepemimpinan, tetapi kesenjangan gender di sektor keberlanjutan masih perlu diperhatikan. Agar jalur menuju C-suite ini benar-benar berfungsi sebagai jalur cepat bagi wanita, perlu ada perubahan yang lebih luas dan dukungan lebih besar untuk pengembangan keterampilan wanita di berbagai bidang kepemimpinan.